Berkah Ramadhan

Hola! Lama ngga nulis, dan alhamdulillah dapat berita sangat baik …

SK CPNS ku akhirnya keluar ! It’s been quite a journey… Karena satu dan lain hal, serta kompleksitas administrasi di Indonesia, sempat memutuskan untuk ikut tes CPNS lagi karena SK CPNSku bermasalah. Setelah hampir dua tahun, alhamdulillah ternyata diakui juga 🙂 ! Ini berkah sekali untukku, keluargaku, mudah-mudahan juga komunitas di Program Studi tempat saya mengajar. Makin semangat untuk berkontribusi dan berkarya.

Dan sekarang sudah hari ke-7 Ramadhan. Kesan Ramadhan kali ini, alhamdulillah bisa full shaum lagi karena si kecil Aisha sudah lebih dari satu tahun. Ramadhan ini juga special karena kakak Affan sudah shaum full, shalat juga sudah rutin, mau diajak sahur dan tarawih. Saya ternyata belajar banyak dari Affan. Anak pertama yang dulu masih bayi digendong-gendong itu, sekarang ternyata keinginan untuk taat agamanya sangat luar biasa. Bagaimana dia rajin berdoa, nangis dan marah karena ngga dibangun untuk salat Subuh, tata cara dia makan dan minum yang tidak boleh sambil berdiri, juga tidur yang harus menghadap kanan dan kiblat. Di sini lah peran orang tua, keluarga, harus menjaga kehanifan (kelurusan) Affan untuk taat agama. Semoga Affan tetap jadi anak soleh sampai dewasa nanti, amiiin…

Yang terngiang-ngiang di surat Al-Baqarah tentang shaum… bahwa shaum itu untuk meningkatkan ketaqwaan. Mudah-mudahan tetep bisa istiqomah sampai akhir Ramadhan nanti, terutama di 10 hari terakhir Ramadhan.

2014: Refleksi Menjadi Akademisi

Akhir tahun. Sudah satu setengah tahun lebih saya tinggal di Bandung dan menjadi akademisi di salah satu perguruan tinggi negeri di kota ini. Tampaknya pattern/pola pekerjaan ini akan berulang setiap tahun, sehingga perlu ada strategi tersendiri agar bisa menjalani pekerjaan ini dengan sebaik-baiknya.

Tentu saja kadang saya kangen dengan suasana akademisi di Australia, yang tentunya cukup berbeda dengan di Indonesia. Di Indonesia, beban mengajar cukup, bahkan bisa dikatakan berat. Selain mengajar 3 – 4 mata kuliah, yang alhamdulillah-nya bisa di-tandem-kan dengan dosen lain, ada tambahan dengan pembicaraan/pertemuan dengan mahasiswa tingkat tiga terkait persiapan dan evaluasi pelaksanaan Laboratorium Instruksional, bimbingan Kerja Praktek, bimbingan Rancang Pabrik, dan bimbingan Penelitian. Belum lagi ada hal-hal lain terkait konsultasi mahasiswa tentang lomba atau kompetisi. Tentunya memang ini merupakan tugas utama akademisi, menjadi pendidik. Saya tetap harus selalu melakukan continuous improvement agar pola pengajaran dan pendidikan akan menjadi lebih baik dari waktu ke waktu; tentunya juga saya banyak belajar, baik dari belajar dan mengajarkan bahan kuliah, dan juga belajar dari mahasiswa tentang feedback yang mereka berikan.

Terkait penelitian dan skema pendanaan, tampaknya hal ini yang harus pintar-pintar mensiasati. Sebagai dosen baru, yang belum punya dana penelitian sendiri, harus pintar-pintar mencari celah agar penelitian bisa tetap berjalan. Alhamdulillah, dengan berkolaborasi dengan dosen senior, yang ternyata punya alat utama penelitian (misalnya tungku horizontal/horizontal furnace), penelitian mahasiswa S1 bisa berjalan dengan baik. Di Program Studi sendiri juga ada beberapa alat penelitian pendukung yang bisa digunakan, sehingga lumayan bisa berjalan dengan baik. Selain itu, kerja sama dengan instansi lain, seperti BPPT, LIPI, industri lain sudah mulai ada walau baru penjajakan, mudah-mudahan ke depannya akan lebih baik. Sekarang harus pintar membagi dan menyisihkan waktu dan fikiran untuk menulis paper-paper terkait penelitian. Karena saking sibuknya dengan kegiatan di kantor, waktu untuk menulis paper jadi tidak ada. Selain itu juga seringkali deadline pemasukan proposal penelitian juga hanya satu dua minggu sebelumnya, sehingga sering banget jadi deadliners. Belajar dari tahun 2014, berarti harus sudah tahu kapan saja perkiraan pemasukan proposal-proposal, sehingga saya bisa menyiapkan dengan lebih baik.

Menjadi Pendidik di Kampus (dan di Rumah)

Beberapa waktu lalu saya diberi undangan untuk mengikuti pelatihan Applied Approach yang diadakan bagian sumber daya & organisasi ITB. Undangan ini sifatnya wajib bagi para dosen muda. Saat itu bayi Aisha baru berusia 2 bulan, saya pun masih cuti, namun tampaknya juga menarik dan sayang untuk dilewatkan, jadi saya tetap mengikuti pelatihan tersebut.

Pada saat pembukaan pelatihan, dibuka oleh Pak Ichsan, dosen Mesin. Inti ceramahnya sangat menarik. Bahwa Anda harus menikmati peran Anda sebagai pendidik. Bukan hanya dosen yang menyampaikan materi kuliah, namun juga bagaimana Anda dapat mentransfer ilmu-ilmu lainnya. Setelah itu, selama enam hari lainnya, saya beserta dosen-dosen muda peserta pelatihan mendapatkan materi-materi tentang penyampaian kuliah, lebih dari sisi pedagogi-nya. Terlebih ITB sekarang menetapkan pendidikan berbasis student outcome, misalnya apakah kompetensi-kompetensi yang seharusnya diinginkan dapat dicapai oleh mahasiswa atau tidak. Kalau belum berarti mesti dievaluasi lagi. Jadi, mengajar bukan han memberi kuliah, tapi juga meliputi perencanaan yang baik mengenai materi, perencanaan mengenai membuat soal agar dapat menggambarkan student outcome yang diinginkan, gaya mengajar yang baik dan difahami mahasiswa, termasuk memeriksa tugas/ujian dengan telaten.

Duh, banyak ya ternyata… Ini baru dari sisi pengajaran. Dari tridharma perguruan tinggi kan ada 3 yang mesti dicapai: pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Untuk penelitian dan pengabdian masyarakat beda lagi…

Sebelum itu, sebagai orang tua murid baru di SD Salman Al Farisi, saya juga mengikuti pertemuan orang tua murid dengan pihak sekolah. Karena sekolah ini full day, akan sedikit banyak berbeda dengan sekolah biasa. Pihak sekolah menekankan bahwa kerjasama orang tua sangat penting dalam pendidikan anak di sekolah, termasuk memantau shalatnya, tugas2nya, hafalan qurannya… Yang pasti, saya sebagai orang tua dan Affan harus bekerja keras agar dia bisa bersekolah dengan baik.

Baik dari pelatihan untuk dosen baru maupun dari pertemuan di SD salman, pesannya adalah kita harus jadi pendidik yang baik, baik untuk di kampus tempat mengajar, juga tentunya di rumah untuk anak-anak tercinta: Affan, Arfa, & Aisha. Tidak mudah memang, tapi tetap mesti berusaha, dari hari ke hari, waktu ke waktu.

Refleksi Setahun Meninggalkan Melbourne

Saat ini hampir setahun saya dan keluarga meninggalkan Melbourne yang sudah enam tahun menjadi tempat tinggal kami, dan mulai hidup di Bandung. Masih teringat perasaan saya pada saat hari-hari pertama kembali ke Indonesia, yang saat itu saya tulis di note iphone:

“Day #2 in Indonesia: After six years living oversea, these are what I think about living in Bandung:
  • traffic jam everywhere. Five hours from airport to home !
  • Lot of poor people. But from there I can see the insight, how people need to be hardworking to earn their living. Pemulung dimana-mana (people to collect recycle stuffs is everywhere) makes you just want to give all the unused belonging/recycle items to them.
  • but in the same way, rich people, or middle class people, are growing faster than ever. Billboards full of flat screen tv, samsung s4, and other high tech stuff.
  • really desperate to find new house. It’s not that we’re not loving our family there, it’s just that so crowded to be in the same place. Of course it’s just a dream. Looks like before we’re going to buy a house we gonna stay in mom & dad’s house.
I guess it’s just that I’m quite tired from all packing and travelling. It’s indeed really exhausting travelling with children, especially Arfa has started to move around a lot. It’s really good to see mum & dad seeing their grandsons. Lots of smiles, lot of laughs, maybe it’s just I am that little grumpy”
 

Sekarang? Wah, udah jauh berbeda. Ternyata manusia itu memang beradaptasi, anak-anak beradaptasi, dan saya pun sudah merasa Bandung adalah rumah kami yang sebenarnya. Terlebih sekarang alhamdulillah sudah menempati rumah sendiri, mulai mengisi rumah dengan perabot-perabot sendiri, punya pekerjaan yang stabil, sudah settle istilahnya. Hal yang dirindukan dari Melbourne hanya satu, kangen dengan dengan teman-teman di sana, yang sudah seperti saudara.

Kebetulan saat ini suami sedang ada di Melbourne sebulan, alhamdulillah dia bisa bertemu lagi dengan teman-teman. Beberapa kali kami webcam via skype termasuk dengan teman-teman di sana. Saya ingat dulu waktu webcam dengan teman di sana rasanya sedih, ingin balik lagi ke Melbourne, tapi sekarang, we have different life. Mudah-mudahan ada rezeki ke main ke sana lagi, atau negara lainnya, tapi untuk saat ini, kayaknya lebih baik membesarkan anak-anak dulu.

Seven years with you and counting…

Couple months before the wedding, you asked what was your dream. I would like to be a good wife and mothers, but still pursue my dream as an academic/lecturer, trying to contribute to community and our nation. You said you would pursue your dream too as an engineer and maybe someday an academic in your almamater. Then you proposed even I was going to go oversea to study.

So, there were we: got married, went to oversea to study, and we were having beautiful kids too. It looked like a fairy tale, and I think it was, even during that time there were sooo many ups and downs.

And here we are, got our doctorate degree, back in our almamater as academics, with busiest schedule as ever, building our own house, while raising our beautiful kids.

Hope this will last forever, you being a good imam for the family, us growing our kids together being good muslims and good people, and us being professional academics who contribute to the nation and community.

What it’s like to be an Academic in ITB?

It’s been almost half a year that I become an academic in Chemical Engineering ITB. So far I am hired as Assistant Academic, that is a position before a tenured academic. Meanwhile I am applying to be PNS (pegawai negeri sipil, public servant) for a tenured position.

For learning and teaching, I am sort of like an assistant or more like a collaborator with other academic to run the class. That’s include preparing lecture, examining the assignments and the tests, interacting with the students, etc.

And also in Chem Eng ITB for the third year, there is a Instructional Lab Course, whereas the students that undertake the course need to see the lecturer before and after the lab. It’s called Pembicaraan Awal and Pembicaraan Akhir. This takes quite lots of time for the academics. Every two weeks there are 4 groups (=8 students) need to see the lecture face to face for about an hour before and after the lab. This will ensure the student really know what they’re doing in the lab.

For the department, assistant academics are also required to help running the dept program, workshops, and all the sort of administration things.

How about research? As an academic, of course I still need to do that. In fact, now I found a pleasure when spending hours of reading the literatures, crafting a draft of paper, searching more updated papers in my area. Of course the time is soo tight, it is luxurious to find a half day to do the research. But still, I need to force myself to getting involved for the research.

Another works that academics dong is… doing an industrial project with colleagues and partner. It’s more for utilizing the expertise we have as an academics, and sometimes for financial purposes also. The financial thing in the uni is nott very very good for the academics, and somehow academics need to survive and running their life, isn’t it.

 

End of October

End of October, about 5/6 year has passed. Only two months left in 2013. 

This year is quite exciting; got PhD, graduated, moving oversea back to home country, settle down in my home town, being academics at my almamater, and now expecting another baby (again). It looks simple, but trust me, doing all those is quite exhausting. But in the end, I’ll always being grateful for what I have. 

Four months on, we are settling down quite well. Husband and I love working at the university; sometimes we are exhausted because of too much works to do (and no money yet), but at the same time we are proud and happy to share our expertise to the students, other colleagues, and the university. 

For the kids…, I know Affan sometimes miss his friends in Melbourne, and he said when he’s grown up he would like to go back to Melbourne. I really do wanna go back to Melbourne. Hopefully next couple years I can apply for some research grant and bring the kids there to visit their friends. There’s no playground in the neighbourhood, and I limit the kids to play outside too for some reason (germs, diseases etc). We did bring lots and lots of toys, books, and handcrafting, so the kids get busy at home, assisted with the carer.

But I agree.. I am grateful having a good carer for my kids, especially Arfa, so for know I feel okay to work during the day while the carer caring my kids. Yes there’s some guilty feeling, jealousy feeling, but I couldn’t have it all; I couldn’t be at work and be with the kids at the same time. So I think I am quite over it, just try to work professionally and smart during the day, and be with the kids at the end of the day. But I have to admit, I really need to increase my capacity to teach my kids to learn at home; Affan with the Indonesian language and writing; Arfa with his development. 

I guess I’m quite lonely too. Just realised I am missing my friends so much in Melbourne. We’re much like a family: gathering every week, have a laugh & cooking together while the kids playing and the dads playing PS3… Indeed I really miss those activities. Now every weekend is quite monotone; going to mall, or having a morning walk, and the best family time is cuddling up together watching movies, or playing games.  

But anyway, for myself, some target must be reviewed and refreshed. Hopefully next year or two I can be a full academics (now still academics assistant), publish some papers, get some grants, do some industrial project, and ideally of course still caring the kids and help them grow and be what they want to be (in the right corridor, of course). I still need to take a break, maybe 4 months or so after giving birth to baby number 3 next March/April, because I think, of course it won’t be wise to leave newborn until he/she finish exclusive breastfeeding. 

So, Mama Academics, keep fighting!

Suasana Baru

Karena satu dan lain hal, sekarang saya ngga pergi ke kampus. Berhubung thesis masih belum selesai, maka hari2 tetep diisi dengan menulis tesis di rumah. Beberapa minggu lalu saya sampe beli meja belajar baru, soalnya meja belajar cuman satu, dan itu pun dipake ayah. Meja belajar saya ada di ruang keluarga, sebelahan sama tempat bermain Affan. Kalo meja belajar ayah ada di kamar.

Ternyata, belajar di rumah itu sangat challenging! Memang sih ada beberapa keuntungan. Pertama, ngga perlu siap2 n ngehemat waktu perjalanan yang kira2 bisa 2 jam tiap hari. Kedua bisa sambil masak, misalnya rebus daging, atau masak yang bisa ditinggal. Nah, challengesnya itu… mesti disiplin! Kalo di rumah, liat berantakan rasanya malah jadi ingin beres2 aja, belum lagi cucian menumpuk, piring2 kotor di dapur. Akibatnya ngga efektif. Beda kali ya ibu2 sama bapak2. Kalo bapak2 mah mau rumah berantakan kayak apa juga, tetep we bisa konsentrasi. Si ayah ini udah 3-4 bulan terakhir konsisten belajar di rumah, nulis tesis n simulasi. Kalo saya, banyak gangguan!!! Belum lagi winter ini dingin sekali, cuman 7 – 9 derajat aja. Apalagi di rumah ngga ada heater atau ac… jadi dinginnya kerasa banget.

Akhirnya, saya memutuskan tetep pergi dari rumah kalo untuk nulis tesis. Pilihannya ada di North Melbourne Library. Library ini merupakan library lokal, isi bukunya ada anak2, bacaan2 populer, masakan, hobi, koran dan majalah. Namun, di library ini juga ada hotspot gratis n colokan listrik, mantep banget untuk belajar. Jadi sekarang, ritme nulis tesisnya, pagi2 dari jam6 pagi sampe jam9 pagi di rumah, trus Affan bangun, sarapan, n anter ke sekolah, trus saya ke library deh nulis tesis. Sore2, baru pulang… Bismillah deh, mudah2an lebih efektif !

Disney Greatest Hits

  Disney Greatest Hits. Kenapa terlintas nama ini? Disney Greatest hits ini adalah nama album kaset/cd yang isinya lagu-lagu soundtrack film2 kartun Disney. Sejak dulu saya seneeng banget sama Film2 kartun disney. Mulai dari Beauty and the Beast, Pocahontas, sampe Mulan. Di akhir tahun 1990s, papap n mama beli komputer yang ada vcd player. Trus kami beli beberapa film disney. Waktu itu vcd film beauty and the beast harganya sekitar 15ribu rupiah. Jadilah kami sekeluarga nonton filmnya di kamar, di depan komputer.

Anyway, waktu saya kelas 3 SMP, mamah dan saya jalan2 di Borma supermarket, dan kami ngeliat ada kaset yang judulnya disney greatest hits. Uuhh, pengen banget!! Tanpa disangka, mamah membelikan saya kaset. Harganya 14ribu rupiah. Waktu itu jumlah sekian cukup besar loh, lebih dari uang jajan n ongkos selama 3 hari ini. Ini pertama kalinya mamah membelikan saya kaset. Mamah bilang itu untuk hadiah rapor. Padahal rapornya masih seminggu lagi. Saat pembagian rapor, karena mamah dan papap ke Yogjakarta ada tes beladiri Sinar Putih, rapor saya diambil sama kakek. Eh, alhamdulillah saya ranking 1 :).. pertama kalinya di SMP. Pengalaman itu sangat berkesan bagi saya. Kaset lagu2 disney ini sering saya putar saat saya menyetrika di rumah (dulu pas smu dan kuliah kan menyetrika baju sendiri, belum lagi baju2nya panjang jadi waktu nyetrika jadi lama), belajar, atau menyepi di kamar. Saya hampir hafal lagu2nya.

Nah, beberapa hari lalu saya menonton film Tangled.. film animasi Disney yang katanya judul awalnya si Rapunzel. Jadi inget deh sama lagu2 disney kegemaran saya. Satu dua hari ini, sambil mengerjakan tugas2 reseach di kampus, saya jadi suka mendengarkan kembali lagu2 disney. Lagu2 disney itu memang penuh dengan fairy tale, bertebarkan mimpi, namun juga membangun motivasi. Mimpi itu penting, karena kita akan bersemangat meraih mimpi..

Selain lagu disney, ada juga film animasi lain yang saya suka, yaitu Anastasia.. Film ini dibuat sama Family Fox Studio. Dulu saya sampe bertengkar sama seorang sahabat karena kami sama2 insist. Teman saya bilang Anastasia itu bikinan Disney.. tapi walaupun gayanya sama, saya bilang itu bikinan Fox. Anyway, ada satu lagu di Anastasia yang saya suka.. dan nampaknya cocok dengan keadaan saya saat ini:

Heart don’t fail me now
Courage don’t desert me
Don’t turn back now that we’re here
People always say
Life is full of choices
No one ever mentions fear
or how a road can seem so seems long
or how the world can seems so vast
courage see me through
heart i trust in you
on this journey to the past

Hihihi, hidup memang penuh pilihan. Dan pilihan saya saat ini adalah menyelesaikan thesis.. “or how the world could seem so vast”.. So, “courage see me through, heart I trust in you..”. Mudah2an semua bisa dijalani dengan baik yaa..

Affan sekarang juga mulai suka sama Film2 disney. Kesukaannya dia adalah Toy Story.. Dia jadi sayang sama mainan2nya hehe..

You’ve got a friend in me
You’ve got a friend in me
When the road looks rough ahead
And you’re miles and miles
From your nice warm bed
Just remember what your old pal said
Boy, you’ve got a friend in me